Sunday, November 25, 2012

FINAL SOFTSKILL SIP

Jurnal 1


SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL GANGGUAN JIWA DENGAN
METODE CERTAINTY FACTOR BERBASIS MOBILE CELLULAR

Sri Wahyuni Wita, Satria Perdana Arifin, Ibnu Surya


        Gangguan jiwa adalah perubahan suasana perasaan dan perilaku yang terjadi tanpa alasan yang jelas, dan menyebabkan kendala terhadap diri sendiri atau orang lain. Sementara informasi mengenai diagnosa awal gangguan jiwa tidak begitu banyak ditemui di masyarakat sehingga banyak yang tidak mengerti mengenai penanggulangan gangguan jiwa saat ini.  Maka penulis membangun sebuah aplikasi sistem pakar yang dapat digunakan oleh masyarakat umum untuk mendeteksi gangguan jiwa secara dini. Adapun metode yang digunakan adalah metode Certainty Factor. Setelah dilakukan analisa dan pengujian sistem ini dapat memberikan pengetahuan serta kemudahan bagi masyarakat untuk mengetahui awal gangguan jiwa dengan cara melakukan konsultasi sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat untuk memberi saran pada gangguan jiwa yang diderita.

     Sistem pakar (expert system) secara umum adalah sistem yang berusaha mangadopsi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli. Oleh karena itu, sistem pakar dapat membantu dalam merancang aplikasi diagnosa gangguan jiwa. 

       Dalam menghadapi suatu permasalahan sering ditemukan jawaban yang tidak memiliki kepastian penuh. Hasil yang tidak pasti disebabkan oleh dua faktor, yaitu aturan yang tidak pasti dan jawaban pengguna yang tidak pasti atas suatu pertanyaan yang diajukan oleh sistem. Pada akhirnya akan ditemukan banyak kemungkinan diagnosis. Faktor kepastian (Certanity Factor),diperkenalkan oleh Shortliffe Buchanan dalam pembuatan MYCIN. Certanity Factor (CF) merupakan nilai parameter klinis yang diberikan MYCIN untuk menunjukkan besarnya kepercayaan. Certanity Factor (CF) menunjukkan ukuran kepastian terhadap suatu fakta atau aturan. Untuk membuat aplikasi ini CF digabungkan dengan  Java 2 Micro Edition (J2ME), Java 2 Micro Edition (J2ME) merupakan sebuah kombinasi yang terbentuk antara sekumpulan interface Java yang sering disebut Java API (Application Programming Interface) dengan JVM (Java Virtual Machine) yang didesain khusus untuk alat, yaitu JVM dengan ruang yang terbatas. Kombinasi tersebut kemudian digunakan untuk melakukan pembuatan aplikasi-aplikasi yang dapat berjalan pada mobile device.

TAMPILAN AWAL
TAMPILAN DAFTAR PERTANYAAN
   

          Kemudian berdasarkan hasil penelitian dengan kuesioner yang disebarkan kepada 20 masyarakat, maka didapatkan analisa sebesar 86% mengatakan sangat puas dalam segi interface atau tampilan menu warna background, lalu sebesar 80% mengatakan sangat puas dalam melakukan konsultasi penyakit neurosis. Selanjutnya 83% mengatakan sangat puas karena mempunyai manfaat besar bagi user. Sebanyak 87% mengatakan sangat puas dalam segi interface atau tampilan menu aplikasi. Lalu sebesar 79% mengatakan sangat puas bahwa aplikasi ini dapat memenuhi kebutuhan user dalam berkonsultasi.

Sumber : 
Wita, S.W., Arifin, S.P., & Surya, I. (2012). Sistem pakar diagnose awal gangguan     
          jiwa dengan metode certainty factor berbasis mobile cellular. Jurnal Teknik 
         Informatika. Vol 1. Pekanbaru : Politeknik Caltex Riau. http://journal.pcr.ac.id/wp-
           content/uploads/2012/09/Jurnal-Sri-wahyuni.pdf




Jurnal 2

INTELLIGENT TUTORING SYSTEM SEBAGAI UPAYA INOVATIF DALAM 
PEMBELAJARAN UNTUK PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER 

Jaidan Jauhari and Mohammad bin Ibrahim

       Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat juga telah merambah bidang pendidikan dan pengajaran. Salah satu pembelaajran berbasis komputer yang saat ini masih terus dikembangkan adalah Intelligent Tutoring System (ITS) yang dikembangkan untuk mengatasi kelemahan pembelajaran berbasis komputer sebelumnya yang belum memperhatikan keberagaman siswa. ITS merupakan sebuah aplikasi komputer yang dibuat untuk meniru mimik manusia dalam memberikan materi pengajaran. ITS menggunakan pendekatan one-to-one. ITS merupakan sistem yang cerdas karena memiliki komponen kecerdasan buatan.

       ITS merupakan sebuah aplikasi komputer yang mempunyai kecerdasan dalam melakukan pembelajaran. ITS mencoba meniru mimik manusia dalam mengajar dan memberikan tanya jawab ke pengguna (Samuelis,2007). ITS dapat menilai kemampuan pengguna dan memberikan materi yang sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki pengguna. ITS mirip pengajar (tutor) virtual yang berusaha mengadopsi pengajar yang asli. Sistem Pembelajaran Cerdas (Intelligence Tutoring System, ITS) adalah suatu sistem yang memanfaatkan teknik tingkat lanjut dalam mendeskripsikan dan meningkatkan proses pengajaran.

         Computerbased learning (CBT) dan Computer Aided Instruction (CAD) adalah sistem yang pertama kali diperkenalkan sebagai usaha untuk mengajar siswa menggunakan komputer. Dalam sistem seperti ini, instruksi terhadap siswa tidak diberikan secara unik kepada perseorangan, tetapi instruksi diberikan sama untuk setiap siswa. Keputusan bagaimana mengajarkan materi kepada siswa tidak memperhatikan kemampuan siswa, tetapi hanya sebatas kondisi-kondisi sederhana yang dikandung oleh sistem. Sehingga semua siswa akan diajar dengan cara yang sama, tidak peduli apakah dia siswa yang cepat belajar maupun siswa yang agak lambat menerima materi. Sistem pembelajaran cerdas menyempurnakan kelemahan tersebut dengan memperhatikan kemampuan siswa, dan mengajarkan materi sesuai dengan kemampuannya. Dengan cara seperti ini proses pembelajaran menjadi semakin efektif.

      Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa Pengembangan e-learning yang ada sekarang dan pembelajaran berbantuan komputer serta pembelajaran jarak jauh yang telah ada belum mengakomodasi masalah keberagaman dan kemampuan peserta ajar secara individu, histori belajar, gaya belajar dan kelakuan belajar. Untukmengatasinya dilakukan dengan mengembangkan suatu model pembelajaran berbasis ITS. Sebagian besar universitas telah menerapkan alat pengajaran online sebagai mekanisme untuk pembelajaran. Kelebihan alat ini adalah kemampuan mereka untuk menyediakan guru dan siswa dengan banyak fleksibilitas dalam lingkungan belajar. Sayangnya, mereka tidak menyediakan sarana yang dapat menerima seorang siswa yang sedang berlangsung instruksi pribadi. Mengajar siswa pada satu-ke-satu secara signifikan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan keterampilan oleh mahasiswa. Bloom menunjukkan bahwa belajar satu-ke-satu adalah strategi yang paling efektif, dan umumnya menghasilkan performa yang lebih baik daripada pembelajaran tradisional. Intelligent Tutoring System (ITS) dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran. ITS umumnya terdiri dari 5 komponen, yaitu Model Pakar, Model Pelajar, Model Pengajar dan Antarmuka Pengguna.

Sumber:
Jauhari, J. & Ibrahim, M.B. (2010). Intelligent tutoring system sebagai upaya inovatif dalam pembelajaran  untuk pembelajaran berbantuan komputer. Jurnal generic. Vol.5 No.2


Jurnal 3


RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN JENIS GANGGUAN
PERKEMBANGAN PADA ANAK

Feri Fahrur Rohman, Ami Fauzijah

      Sistem pakar (expert system) secara umum adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli. Atau dengan kata lain sistem pakar adalah sistem yang didesain dan diimplementasikan dengan bantuan bahasa pemrograman tertentu untuk dapat menyelesaikan masalah seperti yang dilakukan oleh para ahli. Diharapkan dengan sistem ini, orang awam dapat menyelesaikan masalah tertentu baik ‘sedikit’ rumit ataupun rumit sekalipun ‘tanpa’ bantuan para ahli dalam bidang tersebut. Sedangkan bagi para ahli, sistem ini dapat digunakan sebagai asisten yang berpengalaman. Aplikasi yang dikembangkan ini bertujuan untuk menentukan jenis gangguan perkembangan pada anak di bawah umur 10 tahun dengan hanya memperhatikan gejalagejala yang dialami. Dengan menggunakan metode Certanty Factor (CF), didapatkan nilai kemungkinan gangguan yang dialami pasien.

     Kecerdasan buatan atau artificial intelligence merupakan bagian dari ilmu komputer yang membuat agar mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan oleh manusia. Sistem cerdas (intelligent system) adalah sistem yang dibangun dengan menggunakan teknik-teknik artificial intelligence. Salah satu yang dipelajari pada kecerdasan buatan adalah teori kepastian dengan menggunakan teori Certainty Factor (CF).

      Sistem Pakar (Expert System) adalah program berbasis pengetahuan yang menyediakan solusi-solusi dengan kualitas pakar untuk problema-problema. Implementasi sistem pakar banyak digunakan dalam bidang psikologi karena sistem pakar dipandang sebagai cara penyimpanan pengetahuan pakar pada bidang tertentu dalam program komputer sehingga keputusan dapat diberikan dalam melakukan penalaran secara cerdas. Salah satu implementasi yang diterapkan sistem pakar dalam bidang psikologi, yaitu untuk sistem pakar menentukan jenis gangguan perkembangan pada anak. Contoh satu bentuk gangguan perkembangan adalah conduct disorder. Oleh karena itu dibangun suatu sistem pakar yang dapat membantu para pakar/psikolog anak untuk menentukan jenis gangguan perkembangan pada anak dengan menggunakan metode Certainty Factor (CF).

     Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu sistem yang dapat digunakan untuk melakukan diagnosis gangguan pada perkembangan anak yang mampu membuat suatu keputusan yang sama, sebaik dan seperti pakar.

TAMPILAN AWAL


HASIL KONSULTASI
Sumber:

Rohman, F.F & Fauziah, A. Rancangan bangun aplikasi sistem pakar untuk menetukan jenis gangguan perkembangan pada anak. Jurnal  teknik informatika. Vol 6 No 1: 1-23. Yogyakarta: FTI UII. http://journal.uii.ac.id/index.php/media-informatika/article/view/106 


Jurnal 4

COMPUTER SELF EFFICACY (CSE) MAHASISWAAKUNTANSI DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI: 
TINJAUAN PERSPEKTIF GENDER



  Konsep CSE dipandang sebagai salah satu variabel yang penting untuk studi perilaku individual dalam bidang teknologi infonnasi. Telah ada konsensus umum antara peneliti dengan praktisi bahwa CSEmempunyai hubungan positif dengan attitude seseorang yang dihubungkan dengan telmologi infonnasi. CSE mempunyai hubungan positif dengan kineja dalam pelatihan software. Oleh karena itu melihat pentingnya CSE bagi mahasiswa akuntansi dan berdasarkan kajian penelitian terdahulu, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan CSE mahasiswa akuntansi dalam penggunaan sistem informasi ditinjau dari perspektif gender.

  CSE (Computer Self EfficacyDidefinisikan sebagai judgement kapabilitas seseorang untuk menggunakan komputer/sisteminformasi/teknologi informasi. Self efficacy dapat didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang yang mempunyai kemampuan untuk melakukan perilaku tertentu. Self efficacy dirasakan seseorang, memainkan peran penting dalam mempengaruhi motivasu dan perilaku. Terdapat tiga dimensi CSE yaitu: magnitude, streght, generability

   Penelitian ini bertujuan untuk menyelidik kecenderungan keahlian penmaan komputer para mahasiswa akuntansi dalam penggunaan teknologi infomasi dan menyelidiki perbedaan keahlian penggunaan komputer diantara mahasiswa laki-laki dan perempuan. Sampel  pada penelitian ini adalah mahasiswa akutansi yang sedang mengambil mata kuliah Sistem Informasi Manajemen

    Data dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuesioner pada mahasiswa setelah selesai mengikuti kuliah. Sebanyak 190 kuesioner disebarkan dengan tingkat pengembalian 84,2 % atau 160 kuesioner. Daro 160 kuesioner yang kemabli, 11 kuesioner tidak diisi dengan lengkap sehingga kuesioner yang dianalisis utuh adalah 149 kuesioner (78,42%). Uji vadilitas menggunakan analisis faktor menunjukan nilai >0,5 dengan nilai faktor loading > 0,5 dan nilai eigenvalue > 1. Sedangkan uji reabilitas diakukan dengan menggunakan software aplikasi statistic SPPS versi 10.

   Hasil penelitian yang dihasilkan adalah bahwa CSE laki-laki lebih baik dibanding CSE perempuan.

Sumber :
Rustiana. (2004). Computer self efficacy (CSE) mahasiswaakuntansi dalam penggunaan  
              teknologi informasi: tinjauan perspektif gender. Jurnal akltntansi & keuangan
              VOL. 6, NO. I (29- 39). Yogyakarta: Universitas Atmajaya


Jurnal 5

PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN ANAK USIA PRA SEKOLAH UNTUK BELAJAR MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN KOMPUTER AIDED LEARNING


      Anak-anak adalah generasi penerus bangsa. Untuk itu mereka harus disiapkan sejak dini agar mempunyai kemampuan, karakter dan kepedulian terhadap perkembangan bangsa dan negaranya. Salah satu kemampuan yang penting dan harus dikuasai oleh anak-anak adalah kemampuan membaca dan menulis. Kemampuan membaca dan menulis merupakan bekal utama bagi anakanak untuk dapat memahami mata pelajaran yang diberikan di sekolah. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk membantu meningkatkan minat dan kemampuan anak dalam belajar membaca dan menulis adalah denganmenggunakan perangkat lunak pembelajaran berbasis komputer. Dengan menggunakan perangkat lunak pembelajaran berbasis komputer materi dapat disampaikan dalam bentuk permainan yang disertai dengan gambar, suara, animasi dan permainan warna, sehingga anak-anak merasa sedang bermain walaupun sebenarnya meraka sedang belajar.

     Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, Agar alat bantu pengajaran yang dibuat dapat mengakomodasi kebutuhan pemakai, anak berusia 4 sampai 5 tahun, maka sebelum alat bantu tersebut dibuat perlu dilakukan analisis dan desain yang tepat. Analisis dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada 30 orang tua murid yang mempunyai anak berusia antara 4 sampai 5 tahun dan kepada 30 orang guru Taman Kanak-Kanak (TK). Responden diambil dari orang tua murid dan guru TK, karena mereka dianggap sudah memiliki banyak pengalaman mengajar anak belajar membaca dan menulis permulaan.

Berdasarkan hasil kuisioner  dapat ditarik beberapa kesimpulan:
  1. Anak usia 4-5 tahun lebih mudah belajar  membaca dan menulis dengan menggunakan media gambar, cerita, lagu, atau suara dibandingkan dengan menggunakan buku acuan yang dijual di toko-toko ataupun menggunakan buku tulis.
  2. Pelajaran membaca dan menulis seharusnya diajarkan di TK, sehingga pada saat memasuki SD kelas 1 mereka sudah siap mengikuti pelajaran terutama pada pelajaran yang membutuhkankemampuan membaca dan menulis yang baik.
  3. Anak usia 4-5 tahun membutuhkan pendamping dalam belajar membaca dan menulis. Selain dengan kuisioner, juga dilakukan wawancara dengan seorang kepala sekolah sebuah TK. Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa mampu mengenal huruf dan rangkaiannya dalam bentuk hafalan, tetapi jika kemudian dipisah mereka menjadi bingung, siswa mampu menganalisa sebuah suku kata, tetapi apabila suku kata tersebut digabung dengan suku kata yang lain siswa menjadi kesulitan menganalisanya dan orang tua memegang peranan penting mendampingi anak selama belajar.
  4. Setelah analisis selesai dilakukan berikutnya dilakukan desain. Desain yang dilakukan meliputi desain model sistem perangkat ajar, desain model dialog, desain struktur perangkat ajar yang meliputi karakteristik sistem perangkat ajar, metode pengajaran dan struktur materi, desain data, dan desain antar muka.Hasil dari desain kemudian diimplementasikan dengan menggunakan Macromedia Director 8.5, Wave Studio dari Creative Sound Blaster AudioPCI 128, Adobe Photoshop 6.0 dan Adobe ImageReady 3.0. 









      Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Perangkat ajar yang dibuat cukup membantu anak usia empat sampai lima tahun untuk belajar membaca dan menulis permulaan. Hal ini terlihat dari hasil evaluasi yang menunjukkan adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan sebesar 18,33%.

Sumber :
Limanto,S. (2008).Peningkatan minat dan kemampuan anak usia pra sekolah untuk belajar
           membaca dan menulis permulaan menggunakan komputer aided learning. Gematika 
           jurnal manajemen informatika. vol 9 no 2. Surabaya:USU



Sunday, November 4, 2012

Sistem pakar untuk mendiagnosa penderita Obsesive Compulsive Disorder


Hello readers welcome to my blog :)
Di episode kali ini, saya bakalan sharing mengenai suatu gangguan kecemasan yang mungkin kalian belum tau, namanya Obsesive Compulsive Disorder atau gangguan obsesi kompulsi. Kalo kalian pernah ngeliat orang yang kerjaannya ngelakuin sesuatu hal berulang-ulang dan sering cemas kalo nggak ngelakuin hal tersebut ada kemungkinan ni dia mengidap gangguan ini.
Nah, sebelum saya jelasin apa itu OCD, gejala , terapi dll. Sebaiknya saya jelaskan dulu tentang sistem pakar. Sehingga, akan lebih mudah bagi kalian untuk mendiagnosa gangguan ini.
A.  Sistem pakar (expert system)
     Suatu sistem yang bertujuan untuk membuat keputusan yang lebih cepat daripada pakar. Dengan adanya sistem pakar ini, pihak manajemen memperoleh keuntungan mendapatkan pakar tanpa pakar tersebut berada ditempat. Sistem pakar ini dapat sama atau bahkan dapat melebihi kepakaran manusia, setidaknya dalam konsistensi. Sistem pakar ini bisa disebarkan kepada para non pakar untuk kebutuhan pendidikan dan pelatihan.
    Menurut Kusrini (2006), pada dasarnya sistem pakar dierapkan untuk mendukukung aktivitaspemecahan masalah. Beberapa aktivitas pemecahan masalah yang dimaksud seperti pembuatankeputusan (decision making), pemanduan pengetahuan (knowledge fusing), pembuatan desain (designing), perencanaan (planning), prakiraan (forescatting), pengaturan (regulating),pengendalian (controlling), diagnosa (diagnosing), perumusan (prescribing), penjelasan
(explaining), pemberian nasihat (advising) dan pelatihan (tutoring).


B. Obsesive Compulsive Disorder (OCD)

Definisi Obsesive Compulsive Disorder 
Obsesi adalah pikiran, impuls, dan citra yang mengganggu dan berulang yang muncul dengan
 sendirinya serta tidak dapat dikendalikan, walaupun demikian biasanya tidak selalu tampak
 irasional bagi individu yang mengalaminya. Secara klinis, obsesi yang paling banyak terjadi
 berkaitan dengan ketakutan akan kontaminasi, ketakutan mengekspresikan implus seksual atau
 agresif, dan ketakutan hipokondrial akan disfungsi tubuh. David (2000), mengatakan obsesi
 adalah gagasan, bayangan, dan implus yang timbul didalam pikiran secara berulang, sangat
 menganggu, dan pasien merasa tidak mampu mengehentikannya. Pikiran” yang muncul itu
 biasanya tidak dikehenaki, menimbulkan penderitaan, dan kadang menakutkan atau
 membahayakan (misalnya, dorongan untuk melompat ke depan mobil yang sedang berjalan dll).
Kompulsi adalah perilaku atau tindakan mental repetitive yang mana seseorang merasa didorong untuk melakukannya dengan tujuan untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan pikiran-pikiran obsesif atau untuk mencegah terjadinya suatu bencana. David (2000), menjelaskan bahwa kompulsi (menghitung, menyentuh, membersihkan) untuk menyingkirkan peristiwa yang tidak diinginkan atau memuaskan pikiran obsesinya (misal, obsesi tentang kekotoran akan menimbulkan tindakan ritual mencuci tangan). Bisa dibilang, kompulsi adalah obsesi yang dimanifestasikan.
            Jadi, Obsesive Compulsive Disorder (OCD) merupakan suatu gangguan anxietas dimana
    pikiran dipenuhi denga pemikiran yang menetap dan tidak dapat dikendalikan dan individu dipaksa
    untuk terus menerus mengulang tindakan tertentu, menyebabkan distress yang signifikan dan
    menganggu keberfungsian sehari-hari.
Dalam reaksi obsesif, pikiran-pikiran yang menghantui tersebut bersifat persisten (tak mau hilang), terasa irasional bagi yang bersangkutan dan sangat mengganggu tingkah lakunya sehari-hari. Sedangkan, dalam reaksi kompulsif, penderita merasa harus melakukan tindakan tertentu yang baginya sendiri terasa absurd atau aneh dan yang sebenarnya ia tak mau lakukan. Misalnya mulai dari perbuatan yang sederhana seperti mendeham, sampai perbuatan yang cukup kompleks seperti mencuci tangan berulang kali.
Gangguan obsesif compulsif lazim diderita oleh orang-orang yang minder dan merasa tidak aman, yang kaku suara hatinya, yang mudah merasa bersalah, dan yang mudah merasa terancam

         Kompulsi yang biasanya dilakukan mencangkup hal-hal berikut:
a.  Mengupayakan kebersihan dan keteraturan, kadangkala melalui upacara rumit yang memakan waktu berjam-jam dan bahkan sepanjang hari
b.      Menghindari objek tertentu, seperti menghindari seala sesuatu yang berwarna coklat
c. Melakukan praktik-praktik repetitive, magis dan protektif seperti menghitung, mengucapkan angka tertentu, atau menyentuh semacam jimat atau bagian tubuh tertentu
d.    Mengecek sebayak tjuh atau delapan kali untuk memastikan bahwa tindakan yang telah dilakukan benar-benar telah dilakukan, contohnya lampu, pemantik kompor, atau katup telah dimatikan, jendela telah ditutup, pintu telah dikunci
e.      Melakuakan suatu tindakan tertentu, seperti makan dengan sangat lambat

         Etiologi (penyebab)
a.       Psikoanalisis
Sigmun Freud menjelaskan OCD disebabkan oleh dorongan instingtual, seksual atau agresif yang tidak dapat dikendalikan karena toilet training yang terlalu keras, yang bersangkutan kemudian terfiksasi pada tahap anal.

b.      Behavioral dan Kognitif :
Teori ini menganggap kompulsi sebagai perilaku yang dipelajari yang dikuatkan oleh reduksi rasa takut. Sebagai contoh, mencuci tangan secara kompulsif dipandang sebagai respon pelarian operant yang mengurangi kekhawatiran obsesional dan ketakutan terhadap kontaminasi oleh kotoran dan kuman. Pemikiran lain mengenai pengecekan secara kompulsif adalah bahwa hal itu disebabkan oleh deficit memori, ketidakmampuan untuk mengingat suatu tindakan secara akurat. 
 
        Diagnosis
        Kriteria diagnostic ganguan obsesif-kompulsif menurut DSM IV :
a.       Salah satu dari obsesi-kompulsi:
           Obsesi :
1)      Pikiran, implus atau bayangan-bayangan yang rekuren dan persisten yang dialami, pada suatu saat selama gangguan, sebagai intrusive dan tidak sesuai dan menyebabkan kecemasan dan penderitaan yang jelas.
2) Pikiran, implus, atau bayangan-bayangan tidak semata-semata kekhawatiran yang berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata.
3) Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, implus, atau bayangan-bayangan tersebut untuk menetralkannya dengan pikiran atau tindakan lain.
4)  Orang menyadari bahwa pikiran, implus, atau bayangan-bayangan obsesional adalah keluar dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti penyisipan pikiran)

Kompulsi:
1)  Perilaku (misalnya, mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa) atau tindakan mental (misalnya , berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata dalam hati) yang berulang yang dirasakannya mendorong untuk melakukannya  sebagai respon terhadap suatu obsesi, atau menurut dengan aturan yang harus dipenuhi secara kaku.
2)      Perilaku atau tindakan mental ditunjukan untuk mencegah atau menyrynkan penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang menakutkan: tetapi perilaku atau tindakan mental tsb tidak dihubungkan dengan cara yang realistic dengan apa mereka anggap untuk menetralkan atau mencegah, atau jelas berlebihan.
b.   Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang telah menyadari bahwa obsesi atau kompulsi adlah berlebihan atau tidak beralasan (tidak berlaku bagi anak-anak).
c. Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan yang jelas; menghabiskan waktu (menghabiskan waktu lebih dari satu jam sehari) atau secara bermakna menganggu rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan (atau akademik), atau aktivitas atau hubungan sosial yang biasanya.
d.  Jika terdapat gangguan axis 1 lainnya, isi obsesi atau kompulsi tidak terbatas padanya (misalnya, preokupasi dengan makanan jika terdapat gangguan makan; menarik rambut jika terdapat trikotilomania; permasalahan pada penampilan jika terdapat gangguan dismorfik tubuh; preokupasi dengan obat jika terdapat suatu gangguan penggunaan zat; preokupasi dengan menderita suatu penyakit serius jika terdapat hipokondriasis; preokupasi dengan dorongan atau fantasi seksual jika terjadi parafilisa; atau perenungan bersalah jika terdapat gangguan depresif berat)
e.   Tidak disebabkan oleh efek langsung suatu zat (misalnya, obat yag disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum.

      Terapi
a.       Terapi psikoanalisis :
Terapi yang dilakukan adalah mengurangi represi dan memungkinkan pasien untuk menghadapi hal yang benar-benar ditakutinya. Pasien harus belajar untuk menoleransi ketidakpastian dan kecemasan yang dirasakan semua orang seiring mereka menghadapi kenyataan bahwa tidak ada sesuatu yang pasti atau dapat dikendalikan secara mutlak dalam hidup ini.
Namun karena pikiran-pikiran yang mengganggu dan perilaku kompulsif bersifat melindungi ego dari konflik yang direpres, maka hal ini menjadi sulit untuk dijadikan target terapi, dan terapi psikoanalisa tidak terlalu efektif untuk menangani gangguan obsesif-kompulsif (Fausiah &Widury, 2007). Fokus akhir dalam terapi tetap berguna insight atas berbagai simtom yang tidak disadari.

b.      Pendekatan behavioral , Exposure and Response Prevention (ERP):
Terapi ini (dikenal pula dengan sebutan flooding ) diciptakan oleh Victor Meyer (1966), dimana pasien menghadapkan dirinya sendiri padasituasi yang menimbulkan tindakan kompulsif atau (seperti memegangsepatu yang kotor) dan kemudian menahan diri agar tidak menampilkan perilaku yang menjadi ritualnya membuatnya menghadapi stimulus yangmembangkitkan kecemasan, sehingga memungkinkan kecemasan menjadihilang. (Fausiah & Widury, 2007). Asumsinya adalah bahwa ritual tersebut merupakan penguatan negatif  karena mengurangi kecemasan yang  ditimbulkan oleh suatu stimulus arau peristiwa dalam lingkungan. Kadang kala, metode ini dilakukan melalui imajinasi, terutama jika tidak memungkinkan untuk melakukannya secara nyata, contohnya bila seseorang percaya bahwa ia akan terbakar di neraka jika gagal melakukan ritual tertentu.

c.       Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT)
Menurut Davison & Neale (Fausiah & Widury, 2007), terapi inidigunakan dengan pemikiran untuk membantu pasien menghapuskan keyakinan bahwa segala sesuatu harus terjadi menurut apa yang merekainginkan, atau bahwa hasil pekerjaan harus selalu sempurna. Terapikognitif dari Beck juga dapat digunakan untuk menangani pasiengangguan obsesif kompulsif. Pada pendekatan ini pasien diuji untuk menguji ketakutan mereka bahwa hal yang buruk akan terjadi jika merekatidak menampilkan perilaku kompulsi.

d.      Farmakoterapi
Obat-obat Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) bekerja terutama pada terminal akson presinaptik dengan menghambat ambilan kembali serotonin. Penghambatan ambilan kembali serotonin diakibatkan oleh ikatan obat (misalnya: fluoxetine) pada transporter ambilan kembaliyang spesifik, sehinggga tidak ada lagi neurotransmitter serotonin yangdapat berkaitan dengan transporter. Hal tersebut akan menyebabkan serotonin bertahan lebih lama di celah sinaps. Pengguanaan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) terutama ditujukan untuk memperbaiki perilaku stereotipik , perilaku melukai diri sendiri, resisten terhadap perubahan hal-hal rutin, dan ritual obsesif dengan ansietas yangtinggi. Salah satu alas an utama pemilihan obat-obat penghambat reuptakeserotonin yang selektif adalah kemampuan terapi. Efek samping yangdapat terjadi akibat pemberian fluexetine adalah nausea, disfunfsi seksual,nyeri kepala, dan mulut kering. Toleransi SSRI yang relative baik disebabkan oleh karena sifat selektivitasnya. Obat SSRI tidak banyak  berinteraksi dengan reseptor neurotransmitter lainnya. Penelitian awaldengan metode pengamatan kasus serial terhadap 8 subjek. Tindakanterapi ditujukan untuk mengatasi gejala-gejala disruptif, dan dimulaidengan fluexetine dosis 10 mg/hari dengan pengamatan. Perbaikan palingnyata dijumpai pada gangguan obsesif dan gejal cemas.
 
e.       Terapi Keluarga (Family therapy)
Terapi keluarga merupakan teknik pengobatanyang sangat penting bila pada keluarga pasien OCD ini didapatkankekacauan hubungan dalam keluarga, kesukaran dalam perkawinan,masalah spesifikasi dalam anggota keluarga atau peran anggota keluargayang kurang sesuai yang akan mengganggu keberhasilan fungsi masing-masing individu dalam keluarga termasuk dalam waktu jangka panjangakan berakibat buruk pada anak OCD.Seluruh anggota keluarga dimasukkan ke dalam proses terapi,menggunakan semua data anggota keluarga seperti tingkah laku individudalam keluarga. Menilai tingkah laku setiap anggota keluarga yangmempengaruhi tingkah laku yang baik dan membina pengaruh tingkahlaku yang positif dari setiap individu.
 
f.       Terapi perilaku (Behavior therapy)
Leonardo mengatakan bahwa teknik terapi perilaku yang khusus digunakan untuk pasien anak usia lebih tua danremaja dengan gangguan OCD adalah latihan relaksasi dan response prevention technique. Terapi perilaku pada penderita OCD, awalnya mengumpulkaninformasi yang lengkap mengenai riwayat timbulnya gejala OCD, isyaratfaktor internal dan fakto eksternal, serta faktor pencetus akan timbulnyagejala OCD. Kemudian mengawasi tingkah laku pasien dala menghindari situasi yang menimbulkan kecemasan, menghindari timbulnya gejalakompulsif dan tingkat kecemasan pasien saat timbul gejala OCD harus diperiksa secara teliti.
 
1.                  Teknik terapi perilaku yang dianjurkan pada anak dan remaja:
 
a.       Latihan relaksasi
Pasien diminta untuk berpikir dan bersikap rileks dan kemudian pasien diminta untuk memikirkan pikiran obsesi masuk dalam alamsadar. Ketika pikiran obsesi muncul, maka terapi akan meminta pasienuntuk menghentikan pemikiran itu, misalnya dengan cara memukulmaja, atau menarik tali elastic yang diikatkan pada tangan. Hal inidilakukan di rumah atau di mana saja. 
b.      Response prevention technique
Mula-mula didapatkan dulu rangsangan (stimulus) atau pencetusyang menyebabkan dorongan untuk melakukan tindakan kompulsif.Jika rangsangan kompulsif muncul maka pasien secara aktif diberanikan untuk melawan tingkah laku kompulsif, sering denganmengalihkan perhatian pasien sehingga tindakan kompulsif tidak mungkin dilakukan misalnya dengan memukul meja.
c.               Penurunan kecemasan
Tujuan dari terapi ini untuk menghilangkan kecemasan yang menimbulkan gejala obsesif dan kompulsif.. Hal ini dilakukan dengan desensitisasi secara sistematik yakni dengan menghadapkan anak atau remaja pada situasi yang menakutkan(misalnya pisau, hal-hal yang kotor, pegangan pintu dan sebagainya)secara pelan-pelan samapai ketakutan dan kecemasan hilang atau tidak ada lagi.

 
       Diagnosa sistem pakar
 Sistem pakar menirukan perilaku seorang pakar dalam menangani suatu persoalan. Sebagai contoh kasus, seorang pasien mendatangi dokter untuk memeriksa badannya yang mengalami gangguan kesehatan, maka dokter atau pakar kesehatan akan memeriksa dan melakukan diagnosa. Bila dokter sibuk, pelaksana diagnosa digantikan oleh sebuah sistem pakar, maka sistem pakar diharapkan untuk membantu memahami dan menganalisa keadaan pasien yang datang dan menemukan penyakit yang diderita pasien itu. Sistem pakar juga diharapkan menghasilkan dugaan atau hasil diagnosa yang sama dnegan diagnosa yang dilakukan oleh seorang ahli.
Proses diagnosa penyakit dapat disebut sebagai proses mengenali penyakit berdasar gejala-gejalanya. Dengan penggunaan teknik-teknik kecerdasan buatan, kemampuan-kemampuan yang menunjukan kecerdasan tersebut dimiliki sebuah sistem pakar. Kemampuan-kemampuan ini membuat sebuah sistem pakar mampu meniru perilaku seorang pakar dalam menghadapu masalah dibidang tertentu, sehingga dapat membantu manusia memecahkan persoalan-persoalan yang sebelumnya hanya dapat diselesaikan oleh seorang pakar. Sistem yang dibuat bukan berarti menggantikan peran psikolog tetapi hanya sebagai bahan pengetahuan masyarakat terhadap permasalahan yang berhubungan dengan OCD.

Rancangan sistem pakar untuk mendiagnosa OCD


Refrensi :
Ma’arif, M.Syamsul, Tanjung Hendri. (2003). Manajemen operasi. Jakarta:Grasindo

Kusrini. (2006). Sistem pakar : Teori dan aplikasi . Yogyakarta : Andi Offset.

Juanda, H.A. (2006). TORCH, akibat dan solusinya. Solo: PT. Wangsa Jatra Lestari

Supratiknya, A. (___). Mengenal prilaku abnormal. http://books.google.co.id

Fausiah, F & Widury, J. 2007. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: UI-Press.

Tomb, David A. (2000). Psikiatri. Edisi 6. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC
Pinzon, R. (2006). Tatalaksana Farmakologis. Gangguan Spektrum Autistik: Telaah Pustaka Kini
. Dexa Media. Jurnal Kedokteran dan Farmasi, No.4, vol.19,ISSN 0215-7551, hal. 169-172.

Mahajudin. 1995.Gangguan Obsesif-Kompulsif. TinjauanGejala dan Psikodinamika. Jurnal Anima, vol X, No.40, hal.44-71

Davidson, Gerald C., Neale, John M., & Kring, Ann M.(2010). Psikologi abnormal.  Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Edisi 9
Kaplan, Harold I. & Sadock, Benjamin J. (1997). Sinopsis Pskiatri. Edisi 7. Jakarta: Binarupa Aksara.