Friday, May 3, 2013

Psikoterapi 7 - (Logoterapi)


            
   1.  Konsep utama [1]
Logoterapi berasal  dari kata Yunani logos yang mengandung dwiarti. Pertama, logos berarti “spirit” (semangat) yaitu suatu dimensi terdalam dari seorang manusia, dan arti ini antropologis dari pada teologis. Kedua adalah ‘meaning’ yaitu nilai hidup sebagai seorang manusia. Logoterapi adalah sebuah teori yang berorientasi unutk menemukan arti, suatu arti dalam dan bagi eksistensi manusia.
Logoterapi merupakan corak psikologi yang dilandasi oleh filsafat hidup dan wawasan mengenai manusia yang mengakui adanya dimensi kerohanian, disamping dimensi ragawi dan dimensi kejiwaan (termasuk dimensi sosial). Tiga konsep fundamental yang perlu diketahui dalam hubugan dengan logoterapi,antara lain:
a.     Freedom of will (bebas dari kemauan)
Kebebasan yang dimaksud disini adalah suatu kebebasan untuk tetap berdiri/tegak apapun kondisi yang dialami manusia. Manusia bebas unutk menentukan sikapnya menghadapi keadaan sekitarnya, bebas membuat rencana diluar kecenderungan somatik dan komponen-komponen psikisnya. Bebas dari kemauan tidak berarti bebas dari kondisi-kondisi biologis, fisik, sosiologis dan psikologis. Tapi lebih merupakan bebas untuk mengambil sikap bukan hanya mnghadapi dunia, tetapi juga menghadapi diri sendiri.
b.    Will to meaning
Yaitu suatu kemauan untuk menemukan arti hidupnya. Will to meaning merupakan suatu dorongan dasar yang berjuang untuk mencapai arti hidup yang lebih tinggi dan merupakan suatu dorongan yang mengendalikan manusia untuk menemukan arti dalam hidupnya. Will to meaning muncul dari keinginan pembawaan dasar manusia untuk memberikan sedapat mungkin nilai bagi dirinya, untukmengaktualisasikan sebanyak mungkin nilai-nilai hidup mausia dalam dirinya.
c.     The meaning of life
Yaitu arti hidup bagi seorang manusia. Arti hidup yang dimaksudkan disini adalah arti hidup yang bukan untuk dipertanyakan, tetapi untuk direspon, karena kita semua bertanggungjawab untuk suatu hidup. Respons yang diberikan bukan dalam bentuk kata-kata tapi dalam bentuk tindakan, dengan melakukannya.


   2.  Tokoh [1]
Tokoh pada pendekatan logoterapi adalah Viktor E.Frankl

   3.  Tujuan Logoterapi
Agar setiap pribadi memahami adanya potensi yang secara universal ada pada setiap orang, menyadari bahwa sumber-sumber dari potensi tersebut sering ditekan atau diabaikan bahkan teradang terlupakan dan memanfaatkan potensi-potensi tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala dan meraihkualitas hidup yang lebih bermakna.

   4.    Teknik-teknik Logoterapi [2]
a.     Intensi paradoksikal
Teknik dimana pasien diajak melakukan sesuatu yang paradoks dengan sikap pasien terhadap situasi yang dialami disebut teknik intensi paradoksikal (paradoxical intentuon), yakni teknik mendekati dan mengejek sesuatu (gejala) dan bukan menghindari atau melawannya. Landasan dari teknik ini adalah kesangguan manusia untuk bebas bersikap dan mengambil jarak terhadap dirinya sendiri. Mengambil jarak terhadap dirinya sendiri berarti melampaui diri sendiri, dan inilah yang dinamakan humor. Frankl mengemukakan bahwa humor terhadap diri sendiri atau menertawakan gejala-gejalanya sendiri bagi individu memiliki pengaruh kuratif.
b.    Derefleksi
Memanfaatkan kemampuan transendensi diri yang ada pada manusia. Teknik ini mencoba untuk mengalihkan perhatian berlebihan ini pada suatu hal diluar individu yang lebih positif. Dengan teknik ini individu diusahakan untuk membebaskan diri dan tak memperhatikan lagi  kondisi yang tidak nyaman untuk kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang lebih positif dan bermanfaat.
c.     Bimbingan rohani
Yaitu suatu metode yang khusus digunakan untuk kasus dimana seseorang berada pada permasalahan berat atau tidak dapat terhindarkan. Selain itu pada suatu keadaan yang tidak dapat dirubahnya dan tidak mampu lagi berbuat selain menghadapinya. Pada metode ini , individu didiorong untuk merealisasikan nilai-nilai dengan menunjukan sikap positif terhadap penderitanya dalam rangka menemukan makna dibalik penderitaan tersebut.

Sumber:
   1.    Naisaban, L. (2000). Para psikolog termuka dunia. Jakarta: Grasindo
   2.    Semiun, Y. (2006).  Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius