Hidup adalah pilihan !!!
Hidup terlalu indah untuk disia-siakan !!!
Ungkapan seperti diatas mungkin sudah sering banget kita dengar. Bahkan karena terlalu sering, kita jadi nggak memperhatikan lagi makna sebenarnya. Cuma ungkapan klise yang kayaknya nggak banget deh apalagi kalo kita lagi banyak masalah. Iya kan?? Sering rasanya kita merasa putus asa dan pengen berhenti ditengah ‘jalan panjang’ yang sedang kita jalani dan memilih ‘jalan pintas’. Pengen kabur dari rumahlah, mogok makan, sampai bunuh diri !! kelihatannya memang mudah. Tapi, memang itu jalan terbaik??
Guyz, hidup dengan segala permasalahannya memang sudah jadi satu paket yang nggak bisa dipisahkan. Kita harus bisa nerima resiko atas pilihan yang kita ambil. Misalnya kalo kita memilih untuk kuliah, berarti kita harus siap untuk tugas yang setia menunggu, atau dosen yang nyebelin. Semua harus ada pengorbanan dan kalo kita mengerjakannya dengan tulus semua pasti ada hasilnya. Contohnya lagi kalo kita memilih sebuah persahabatan dengan salah satu teman, jangan harap persahabatan kita akan berjalan lancar dan tanpa hambatan. Pasti bakal ada ‘episode’ berantem, entah itu salah paham atau berbeda pendapat yang menguras emosi dan pikiran kita. Mau nggak mau kita harus siap dalam keadaan apapun karena waktu nggak bakal nunggu kita sampai kita siap menghadapi resiko dari pilihan kita tersebut. Roda kehidupan nggak akan berhenti cuma karena kita merasa belum siap. Kapan dan dimana saja kita harus rela keluar dari zona nyaman untuk suatu perubahan. Yang terpenting adalah bagaimana kita belajar untuk menyelesaikan masalah kita bukan memecahkan apalagi mengabaikan. Apalagi untuk pilihan-pilihan yang punya dampak perubahan yag besar seperti menikah.
Jangan karena kita nggak siap, lantas mengambil jalan pintas yang bakal nambah masalah baru. Misalnya, seseorang mengejek kita karena bentuk tubuh kita yang gendut. Soo... kita mengadakan aksi mogok makan, yang ada malah bikin kita jatuh sakit. Punya pikiran bunuh diri HANYA karena ditolak sama gebetan. Memang si berat banget tapi apakah dengan bunuh diri semua jadi beres? Bukannya lebih baik kita berusaha jadi orang yang pintar dan baik supaya bisa dapetin yang lebih bagus dari pada yang udah nolak kita??
Kita harus bisa berfikir secara rasional dan matang. Kalau kita marah sama keadaan dirumah kita sering berfikir untuk kabur. Yakin kita bisa hidup mandiri tanpa bantuan siapapun? Baik dari segi moral maupun materil. Pikirkan masa depan kita juga, jangan cuma apa yang terjadi ‘disini dan hari ini’. Rasanya masing banyak hal-hal penting yang bisa kita wujudkan dari pada sekedar merengek-rengek atau mengeluh atas nikmat yang luar biasa dari Allah SWT.
Dr.Paul Stoltz, dalam teorinya yang disebut Adversity Quotient, menekankan bahwa sebuah kesuksesan merupakan hasil dari kemampuan kita untuk bangkit kembali setelah mengalami sebuah masalah, menurutnya terbagi dalam tiga kategori. Yang paling rendah adalah disebut Quitters, yaitu mereka yang menolak menghadapi masalah dan memilih untuk berhenti. Yang kedua adalah Campers, yaitu mereka yang menghindari masalah dan memilih untuk ‘bersembunyi’. Nah, yang paling tinggi adalah Climbers, yang secara berani menghadapi masalah dan menanggapinya sebagai tantangan. Orang yang masuk dalam kategori climbers adalah orang-orang yang hidup bahagia dan sering menjadi pemimpin dilingkungannya.
Sooo... kira-kira kita ada dalam kategori yang mana??
Ayo kita mulai ubah pola pikir kita. Yang tadinya ‘masalah adalah musibah’ menjadi ‘masalah adalah tantangan’.
Kualitas masalahmu bergantung pada seberapa besar kualitas dirimu. Maka khawatirlah jika masalahmu hanya itu-itu saja. Mungkin karena kualitasmu hanya segitu.
LET’S CHOOSE TO LIVE !! ;D
No comments:
Post a Comment