1. Konsep utama
[1]
Logoterapi berasal dari kata Yunani logos yang mengandung dwiarti. Pertama, logos berarti “spirit”
(semangat) yaitu suatu dimensi terdalam dari seorang manusia, dan arti ini
antropologis dari pada teologis. Kedua adalah ‘meaning’ yaitu nilai hidup
sebagai seorang manusia. Logoterapi adalah sebuah teori yang berorientasi unutk
menemukan arti, suatu arti dalam dan bagi eksistensi manusia.
Logoterapi merupakan corak psikologi
yang dilandasi oleh filsafat hidup dan wawasan mengenai manusia yang mengakui
adanya dimensi kerohanian, disamping dimensi ragawi dan dimensi kejiwaan
(termasuk dimensi sosial). Tiga konsep fundamental yang perlu diketahui dalam
hubugan dengan logoterapi,antara lain:
a.
Freedom of will
(bebas dari kemauan)
Kebebasan yang
dimaksud disini adalah suatu kebebasan untuk tetap berdiri/tegak apapun kondisi
yang dialami manusia. Manusia bebas unutk menentukan sikapnya menghadapi
keadaan sekitarnya, bebas membuat rencana diluar kecenderungan somatik dan
komponen-komponen psikisnya. Bebas dari kemauan tidak berarti bebas dari
kondisi-kondisi biologis, fisik, sosiologis dan psikologis. Tapi lebih
merupakan bebas untuk mengambil sikap bukan hanya mnghadapi dunia, tetapi juga
menghadapi diri sendiri.
b.
Will to meaning
Yaitu suatu
kemauan untuk menemukan arti hidupnya. Will
to meaning merupakan suatu dorongan dasar yang berjuang untuk mencapai arti
hidup yang lebih tinggi dan merupakan suatu dorongan yang mengendalikan manusia
untuk menemukan arti dalam hidupnya. Will
to meaning muncul dari keinginan pembawaan dasar manusia untuk memberikan
sedapat mungkin nilai bagi dirinya, untukmengaktualisasikan sebanyak mungkin
nilai-nilai hidup mausia dalam dirinya.
c.
The meaning of life
Yaitu arti
hidup bagi seorang manusia. Arti hidup yang dimaksudkan disini adalah arti
hidup yang bukan untuk dipertanyakan, tetapi untuk direspon, karena kita semua
bertanggungjawab untuk suatu hidup. Respons yang diberikan bukan dalam bentuk
kata-kata tapi dalam bentuk tindakan, dengan melakukannya.
2. Tokoh [1]
Tokoh pada pendekatan logoterapi adalah Viktor
E.Frankl
3. Tujuan
Logoterapi
Agar setiap pribadi memahami adanya potensi yang
secara universal ada pada setiap orang, menyadari bahwa sumber-sumber dari
potensi tersebut sering ditekan atau diabaikan bahkan teradang terlupakan dan
memanfaatkan potensi-potensi tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan
untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala dan meraihkualitas hidup
yang lebih bermakna.
4.
Teknik-teknik
Logoterapi [2]
a.
Intensi
paradoksikal
Teknik dimana
pasien diajak melakukan sesuatu yang paradoks dengan sikap pasien terhadap
situasi yang dialami disebut teknik intensi paradoksikal (paradoxical intentuon), yakni teknik mendekati dan mengejek sesuatu
(gejala) dan bukan menghindari atau melawannya. Landasan dari teknik ini adalah
kesangguan manusia untuk bebas bersikap dan mengambil jarak terhadap dirinya
sendiri. Mengambil jarak terhadap dirinya sendiri berarti melampaui diri
sendiri, dan inilah yang dinamakan humor. Frankl mengemukakan bahwa humor
terhadap diri sendiri atau menertawakan gejala-gejalanya sendiri bagi individu
memiliki pengaruh kuratif.
b.
Derefleksi
Memanfaatkan
kemampuan transendensi diri yang ada pada manusia. Teknik ini mencoba untuk
mengalihkan perhatian berlebihan ini pada suatu hal diluar individu yang lebih
positif. Dengan teknik ini individu diusahakan untuk membebaskan diri dan tak
memperhatikan lagi kondisi yang tidak
nyaman untuk kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang
lebih positif dan bermanfaat.
c.
Bimbingan rohani
Yaitu suatu metode yang khusus
digunakan untuk kasus dimana seseorang berada pada permasalahan berat atau
tidak dapat terhindarkan. Selain itu pada suatu keadaan yang tidak dapat
dirubahnya dan tidak mampu lagi berbuat selain menghadapinya. Pada metode ini ,
individu didiorong untuk merealisasikan nilai-nilai dengan menunjukan sikap
positif terhadap penderitanya dalam rangka menemukan makna dibalik penderitaan
tersebut.
Sumber:
1.
Naisaban, L.
(2000). Para psikolog termuka dunia.
Jakarta: Grasindo
2.
Semiun, Y.
(2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius
No comments:
Post a Comment