Saturday, March 16, 2013

Psikoterapi 1 (Psikoanalisis)



Hai Readers, kali ini saya akan membahas tentang psikoterapi khususnya terapi psikoanalis. Check this out ;)

       Watskin (dalam Gunarsa, 2007) , mengatakan bahwa psikoterapi adalah suatu bentuk dari perawatan (treatment) terhadap masalah-masalah yang dasarnya emosi, dimana seorang yang terlatih atau seorang ahli, dengan saksama membentuk hubungan profesional dengan pasien dengan tujuan memindahkan, mengubah atau mencegah munculnya gejala dan menjadi perantara untuk menghilangkan pola-pola perilaku yang terhambat serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan positif dan kepribadiannya [3]

Terapi psikoanalisis adalah teknik atau metode pengobatan yang dilakukan oleh terapis dengan cara menggali permasalahan dan pengalaman yang direpresnya selama masa kecil serta memunculkan dorongan-dorongan yang tidak disadarinya selama ini. 
  
1.  Tujuan [3]
Tujuannya adalah untuk membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual. Selain itu juga untuk membentuk kembali struktur" kepribadian klien dengan menggali kembali hal" yang terpendam dalam alam ketidaksadarannya sehingga menjadi bagian dari alam ketidaksadarannya.

2.  Tokoh [3]
Tokoh yang mencetuskan terapi psikoanalisis adalah sigmund freud. Freud mengemukakan psikoanalisis memandang kejiwaan manusia sebagai ekspresi dari dorongan yang menimbulkan konflik.

3.  Konsep-konsep terapi Psikoanalisis
a.   Anxiety
b.  Defence Mekanisme [3]
           Merupakan mekanisme penyesuaian ego yaitu untuk melindungi diri dari perasaan
           tidak adekuat. Beberapa contohnya yaitu :
1)  Discplacement
Memindahkan perasaan yang tidak menyenangkan dari seseorang/objek ke objek yang lain yang biasanya lebih krang berbahaya daripada semula.
2)  Reaction formation
Mengembangkan pola sikap & perilaku tertentu yang disadari, tetapi berlawanan dengan perasaan dan keinginannya.
3)  Sublimasi
Penyaluran rangsangan/nafsu yang tidak tercapai kedalam kegiatan lain yang bisa diterima oleh masyarakat.
4)  Proyeksi
Suatu perbuatan untuk mengurangi kecemasan/ frustasi dengan cara melampiaskan keluar sentimen-sentimen dan dorongan-dorongan keluar dalam dirinya.
5)  Represi
Suatu perbuatan untuk mengurangi kecemasan/frustasi dengan cara menekan kembali keinginannya. 
6)  Regresi
Suatu mekanisme dengan kembali ke masa-masa perkembangan yang telah dilewati sebelumnya, ketika seseorang menghadapi kesulitan/ kecemasan perilaku yang muncul adalah kekanak-kanakan atau mundur seperti masa lalu saat mengalami kenyamanan.

4.      Fungsi & peran Terapis [2]
Terapis / analis membiarkan dirinya anonym serta hanya berbagi sedikit perasaan & pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada terapis / analis
Peran terapis
a. Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis
b. Membangun hububungan kerja dengan klien, dengan banyak mendengar  & menafsirkan
c.  Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien
d. Mendengarkan kesenjangan-kesenjangan & pertentangan-pertentangan pada cerita klien

 5.      Metode-metode psikoanalisis: [4]
a.   Asosiasi Bebas
Asosiasi Bebas merupakan teknik utama dalam psikoanalisis. Terapis meminta klien agar membersihkan pikirannya dari pikiran-pikiran dan renungan-renungan sehari-hari, serta sedapat mungkin mengatakan apa saja yang muncul dan melintas dalam pikiran. Cara yang khas adalah dengan mempersilakan klien berbaring di atas tempat tifur/sofa sementara terapis duduk di belakangnya, sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saat-saat asosiasinya mengalir dengan bebas.
Dalam teknik ini pasien mengatakan segala sesuatu yang datang kedalam pikirannya tanda adanya penyensoran, terlepas dari apakah mereka rasakan pikiran tersebut tidak dapat diterima, tidak penting atau memalukan.
Agar konselor dapat menginterpretasikan secara tepat apa yang dikatakan klien, selama terapi berlangsung konselor/terapis harus aktif memperhatikan perasaan, ucapan"nya, mencatat gerak tubuh, nada suara, dan bahasa tubuh klien secara umum

b.  Analisis Mimpi
Analisis mimpi adalah prosedur atau cara yang penting untuk mengungkap alam bawah sadar dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Selama tidur, pertahanan-pertahanan melemah, sehingga perasaan-perasaan yang direpres akan muncul ke permukaan, meski dalam bentuk lain.
Menurut Freud, mimpi terdiri dari dua taraf, isi manifes (manifes content) yaitu semua apa yang diceritakan oleh si pemimpi dan isi laten (latent content) yang terdiri atas motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik,dan tidak disadari . Karena begitu menyakitkan dan mengancam, maka dorongan-dorongan seksual dan perilaku agresif tak sadar (yang merupakan isi laten) ditransformasikan ke dalam isi manifes yang lebih dapat diterima, yaitu impian yang tampil pada si pemimpi sebagaimana adanya. Sementara tugas terapis adalah mengungkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol yang terdapat dalam isi manifes.
Freud menjelaskan prosedur dalam analisis mimpi :
1)    Mintalah pasien mengasosiasikan elemen mimpi dalam urutan kejadiannya
2)  Mintalah pasien mengasosiasikan elemen mimpi tertentu yang dipilih oleh pasien atau ahli terapi
3)   Kesamingkan isis mimpi, dan tanyalah pada pasien tentang peristwa apa pada hari sebelumnya yang dapat diasosiasikan dengan mimpi
4)   Hindari untuk memberi instruksi, dan biarkan pemimpi memulai sendiri

c.   Resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak disadari. Selama asosiasi bebas dan analisis mimpi, klien dapat menunjukkan ketidaksediaan untuk menghubungkan pikiran, perasaan, dan pengalaman tertentu. Freud memandang bahwa resistensi dianggap sebagai dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan atau perasaan yang direpres tersebut.
Salah satu contoh dalam teknik ini adalah tetap diam dalam periode waktu yang lama, terlambat atau tidak datang ke perjanjian dan lambat membayar tagihan atau tidak sama sekali.

d.  Transferens
Transferensi dalam keadaan normal adalah pemindahan emosi dari satu objek ke objek lainnya, atau secara lebih khusus pemindahan emosi dari orangtua kepada terapis. Dalam keadaan neurosis, merupakan pemuasan libido klien yang diperoleh melalui mekanisme pengganti atau lewat kasih sayang yang melekat dan kasih sayang pengganti. Seperti ketika seorang klien menjadi lekat dan jatuh cinta pada terapis sebagai pemindahan dari orangtuanya.
Dengan cara ini, maka diharapkan klien dapat menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi dan memungkinkan klien mampu memperoleh pemahaman atas sifat-sifat dari fiksasi-fiksasi, konflik-konflik, serta mengatakan kepada klien suatu pemahaman mengenai pengaruh masa lalu terhadap kehidupannya saat ini.
Peranan terapis adalah membantu pasien mendapatkan kembali tilikan yang sesungguhya tentang distrorsi transferensi dan melalui tilikan meningkatkan kemampuan pasien untuk memuaskan hubungan yang didasarkan pada harapan yang matang dan realistik, bukan khayalan irasional dari masa kanak-kanak. 

6.      Kelebihan
a.  Terapi ini memiliki dasar teori yang kuat.
b. Dengan terapi ini terapis bisa lebih mengetahui masalah pada diri klien, karena prosesnya dimulai dari mencari tahu pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri klien.
c. Terapi ini bisa membuat klien mengetahui masalah apa yang selama ini tidak disadarinya.

7.      Kekurangan
a.  Waktu yang dibutuhkan dalam terapi terlalu panjang
b.  Memakan banyak biaya bagi klien
c.  Klien menjadi jenuh karena waktu yang lama
d. Diperlukan terapis yang benar-benar terlatih untuk melakukan terapi



Sumber :

1.      Asmadi. (2008). Teknik prosedural keperawatan: konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba Medika
2.     Corey, G. 2005. Theory and Practice of Counseling and Psychoterapy. Thompson learning: USA.
3.      Gunarsa, Singgih D. (2007). Konseling dan terapi . Jakarta : Gunung Mulia
4.      Kaplan, H.I., Sadock, B.J., & Greeb, J.A. (1997). Sinopsis Psikiatri. Alih bahasa: Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa aksara


No comments:

Post a Comment